Liputan6.com,
Jakarta - Pertumbuhan industri nasional
seharusnya diimbangi oleh ketersediaan bahan baku berbasis minyak dan gas bumi.
Namun sayangnya bahan baku ini belum mampu mengimbangi pertumbuhan tersebut.
Direktur
Jenderal Basis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian Perindustrian, Harjanto
mengatakan, terjaminnya pasokan gas bagi sektor industri sangat
diperlukan bagi pelaku usaha industri manufaktur.
"Terhambatnya
pasokan gas, akan melemahkan daya saing khususnya industri baja nasional,"
ujar Harjanto di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Rabu (28/1/2015).
Menurut
Harjanto, saat ini harga gas di Indonesia termasuk paling mahal jika
dibandingkan dengan gas yang dijual di negara lain seperti Malaysia dan
Singapura. Hal ini yang membuat industri dalam negeri sulit bersaing.
"Untuk
harga gas alam regional di Malaysia hanya UD$ 3,69 per MMBTU ( Million Metric
British Thermal Unit) dan Singapura menyentuh US$ 3,94 per MMBTU. Sedangkan di
Indonesia, harga gas industri mencapai US $10,2 per MMBTU," lanjutnya.
Harjanto
mengungkapkan, harga gas yang ideal bagi sektor industri
yang diusulkan pelaku usaha sebesar US$ 5 per MMBTU. Dengan demikian, industri
dalam negeri bisa bersaing.
"Kami
akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait agar harga gas bagi sektor
industri bisa mengalami penurunan," tandasnya. (Dny/Ahm)
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar