“Dampak inflasi
terhadap tingkat investasi dan tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia".
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur
penilaian pertumbuhan ekonomi nasional
sudah terlanjur di yakini serta diterapan secara luas,maka kita tidak
boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus mempelajari hakekat dan
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki defenisi yang berbeda, yaitu
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonom tersebut merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian tingginya pertumbuhan
ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat
indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi
ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengelola kekuatan
ekonomi potensial menjadi ekonomi rill melalui penanaman modal, penggunaan
teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan,penambahan
kemampuan berorganisasi dan manajemen.
Sebagai agen perubahan atau yang sering kita sebut sebagai
agent of change, mahasiswa dan mahasiswi jaman sekarang cenderung tidak
memperhatikan tentang keadaan ekonomi di Indonesia, yang mereka tau hanya
sebatas membeli barang tanpa tau asal-usul darimana dan pertimbangan apa saja
yang menentukan harga barang tersebut. Sebagai "maha" siswa
seharusnya mereka memperhatikan hal-hal atau faktor-faktor ekonomi yang dapat
mempengaruhi harga-harga barang yang beredar dipasar karena itu akan berdampak
pada faktor-faktor ekonomi lainnya, bahkan berpengaruh terhadap keadaan
perekonomian di Indonesia.
Di makalah ini kita akan membahas tentang "dampak inflasi terhadap tingkat
investasi dan tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia". Pertanyaan yang
timbul dalam pembahasan kali ini adalah bagaimana bisa inflasi dapat
mempengaruhi tingkat investasi di Indonesia, dan apa hubungannya dengan tingkat
konsumsi masyarakat yang ada di Indonesia.
Mungkin
hanya sedikit dari kita yang berikir tentang pengaruh inflasi terhadap
investasi yg masuk ke Indonesia maupun terhadap tingkat konsumsi masyarakat di
Indonesia, tapi percaya tidak percaya, kedua hal tersebut sangat berkaitan erat
dengan inflasi. Di negara maju pun inflasi masih menjadi ancaman terbesar bagi
perekonomian negara tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah makaklah ini adalah:
1. Apakah inflasi,
investasi, dan tingkat konsumsi masyarakat itu ?
2. Apa saja yang
dapat menyebabkan inflasi ?
3. Bagaimana cara
pemerintah menanggulangin inflasi ?
4. Apa pengaruh
tingkat inflasi terhadap tingkat investasi dan tingkat konsumsi masyarakat
Indonesia ?
5. Apa saja yang menjadi syarat-syarat pembangunan ekonomi ?
6. Dari mana saja sumber pembiayaan pembangunan ekonomi ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk menganalisis
pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat investasi di Indonesia
2. Untuk menganalisis
pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat konsumsi masyarakat
Indonesia.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat pembangunan ekonomi.
4. Untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan pembangunan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) teori tentang inflasi, yaitu
:
2.1 Teori Kuantitas
Teori ini menganalisis peranan dari jumlah uang beredar,
ekspektasi masyarakat mengenai kemungkinan kenaikan harga (peranan psikologis).
Jumlah uang beredar. Menurut teori ini, pertambaham volume
uang yang beredar sangat dominan terhadap kemungkinan timbulnya inflasi.
Kenaikan harga yang terus menerus dan
tidak dibarengi dengan pertambahan jumlah uang beredar sifatnya hanya
sementara. Dengan demikian menurut teori ini, apabila jmlah uang tidak
ditambah, kenaikan harga akan berhenti dengan sendirinya.
Ekspektasi. Berdasarkan teori ini, walaupun jumlah uang
bertambah tetapi masyarakat belum menduga adanya kenaikan, maka pertambahan
uang beredar hanya akan menambah simpanan atau uang kas karena belum
dibelanjakan. Dengan demikian harga barang-barang tidak naik. Jika masyarakat
menduga bahwa besok dalam waktu dekat harga barang akan naik, masyarakat
cenderung membelanjakan uangnya karena khawatir akan penurunan nilai uang,
sehingga akan memicu inflasi.
2.2 Teori Inflasi Keyness
Menurut Keynes, inflasi pada dasarnya disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara permintaan masyarakat (demand) terhadap barang-barang
dagangan (stock), dimana permintaan
lebih banyak dibandingkan dengan barang yang tersedia, sehingga terdapat gap
yang disebut inflationaty gap.
2.3 Teori Struktural
Teori ini berlandaskan kepada struktur perekonomian dari
suatu negara (umumnya negara berkembang). Menurut teori ini, inflasi disebabkan
oleh :
Ketidak-elastisan penerimaan eksport. Peningkatan hasil
eksport tidak secepat atau sepesat sektor lainnya. Peningkatan hasil eksport
yang lambat antara lain disebabkan karena harga barang yang dieksport kurang
menguntungkan dibandingkan dengan kebutuhan barang-barang import yang harus
dibayar. Dengan kata lain daya tukar barang-barang negera tersebut semakin
memburuk.
Ketidak-elastisan Supply produksi bahan makanan. Terjadi
ketidakseimbangan antara pertumbuhan produksi bahan makanan dengan jumlah
penduduk, sehingga mengakibatkan kelonjakan kenaikan harga bahan makanan. Hal
ini dapat menimbulkan tuntutan kenaikan upah dari kalangan buruh / pegawai
tetap akibat kenaikan biaya hidup.
Kenaikan upah selanjutnya akan meningkatkan biaya produksi dan mendorong
terjadinya inflasi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Inflasi
Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi
dan atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga
termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari
peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua
lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal
ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiscal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi
tarikan permintaan (Ingg: demand pull
inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana
biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan
yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat
tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya
permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini
terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan
oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya
likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama
tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan
suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor
industri keuangan.
Inflasi
desakan biaya (Ingg: cost push
inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk
adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan
yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini
atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk
tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi
sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di
sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll,
sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu
juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
3.2 Dampak Inflasi
Inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau
dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja,
menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh
juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap,
inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri
tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan
keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan
dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji
mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi
juga menyebabkan orang enggan untuk menabung
karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan
menghasilkan bunga,
namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila
orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk
berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank
yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang
yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat
pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan
pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila
pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila
hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya
(biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan
naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen
enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya
untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha
produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha
kecil).
Secara
umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa
dampak inflasi terhadap 3 aspek :
1.Dampak
Inflasi terhadap Pendapatan
Inflasi
dapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan
atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi infasi lunak), inflasi dapat
mendorong parkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha
memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan kerja baru
sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi masyarakat yang
berpenghasilan tetap Inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasilan
yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.
Untuk
lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut! Sebelum infiasi, orang yang
menerima penghasilan Rp 100.000 dapat membeli 100 kg beras seharga Rp 1000,00
per kg. Karna inflasi, maka harga beras yang semula naik, menjadi Rp 1.250,00
per kg. Oleh karena nilai beli uang Rp 100.000,00 jika ditukarkan dengan beras
kini hanya menjadi 80 kg. Dari ilustrasi
tersebut,
diketahui ada penurunan nilai tukar sebesar 20 kg (100 kg — 80 kg). Sebaliknya,
orang yang berutang akan beruntung. Anggaplah seorang petani mempunyai utang
Rp100.000,00. Sebelum Inflasi, petani itu harus menjual beras 100 kg untuk
membayar utangnya. Tetapi setelah inflasi harga beras menjadi Rp 1.250,00 per
kg, sehingga petani tersebut cukup menjual 80 kg untuk membayar utangnnya
sebesar Rp 100.000,00.
2. Dampak Inflasi terhadap Ekspor
Pada keadaan Inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor makin mahal. Masih dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
Pada keadaan Inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor makin mahal. Masih dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
3. Dampak Inflasi terhadap Minat
Orang untuk Menabung
Pada masa inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju Inflasi. Misalnya, bulan Januari tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito dalam satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat Inflasi sepanjang Januari 2006 - Januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk membung akan berkurang.
Pada masa inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju Inflasi. Misalnya, bulan Januari tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito dalam satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat Inflasi sepanjang Januari 2006 - Januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk membung akan berkurang.
3.4 Cara Menekan Laju
Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui
instrument-instrumen berikut:
a. Politik
diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang
yang
beredar dapat dikurangi.
b. Politik
pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal
untuk
menyerap uang dari masyarakat dan dengan
menjual surat berharga bank sentral dapat
menekan perkembangan jumlah uang beredar
sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi
dan laju
c. inflasi
dapat lebih rendah
Peningkatan cash ratio: Menaikkan cadangan
uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang
bank yang dapat dipinjamkan kepada
debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti
dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
2.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui
instrument berikut:
a.
Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah tidak menambah
pengeluarannya
agar anggaran tidak defisit.
b.
Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah
konsumsinya
karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak.
3.
Kebijakan Non Moneter
Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut:
a.
Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
b. Menekan
tingkat upah.
c.
Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.
d. Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
e.
Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara
melakukan
sneering (pemotongan nilai mata uang).
Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada
tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai
650%. Pemerintah memotong nilai mata uang
pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
f.
Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju
inflasi.
Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk
sehingga impor barang cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri
cenderung menurunkan harga.
g.
Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling
price.
4.
Kebijakan Sektor Riil
Kebijakan sektor riil dapat dilakukan
melalui instrument berikut:
a.
Pemerintah menstimulus bank untuk memberikan kredit lebih spesifik kepada UMKM
(Usaha Mikro Kecil Menengah). Contohnya
bank BRI mencanangkan tahun ini sebagai Microyear.
b. Menekan
arus barang impor dengan cara menaikkan pajak.
c.
Menstimulus masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri.
3.5 Pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat investasi dan
tingkat konsumsi
masyarakat Indonesia
Di Indonesia inflasi sangat berpengaruh
pada kegiatan-kegiatan ekonomi, seperti investasi dan tingkat konsumsi
masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi berarti tingkat harga saham beberapa
perusahaan cenderung turun. Karena itulah, angka inflasi yang berlebihan akan
menjadi sentiment negatif bagi para
investor saham. Selain itu , jika inflasi terlalu tinggi , tingkat konsumsi
masyarakat akan berkurang , karena harga-harga barang akan melambung tinggi
namun upah atau gaji yang mereka terima dari hasil pekerjaan mereka cenderung
tidak berubah.
Hal itu akan bedampak pada proses produksi
perusahaan dimana para pekerja akan melakukan mogok kerja untuk menuntut
kenaikan gaji. Jika sampai hal itu terjadi, para investor akan mengurungkan
niatnya untuk menginvestasikan uangnya di Indonesia, dan itu akan berdampak
langsung pada semakin menurunnya modal perusahaan dan kemudian akan terjadi PHK
besar-besaran di Indonesia. Hal tersebut sudah pernah terjadi di Indonesia pada
tahun 1998 dimana Indonesia mengalami krisis yang disebabkan oleh inflasi yang
tinggi yang mencapai angka 46,90%. Ditahun itupula para investor tidak berani
menginvestasikan uangnya di Indonesia dan konsumsi masyarakat Indonesia
berkurang karena tidak adanya kemampuan masyarakat untuk membeli barang
dikarenakan harga harga yang melambung tinggi.
Tapi ditahun 2012 Indonesia mampu menjaga kestabilan tingkat inflasi dan
menempatkan Indonesia di tempat kedua dalam perkembangan ekonomi setelah China.
Akibatnya para insvestorpun berdatanganan ke Indonesia dan tidak ragu untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. Hal tersebut juga berimbas pada masyarakat
Indonesia yang semakin sejahtera dan kemiskinan di Indonesiapun berkurang
karena perekonomian yang berkembang dengan stabil. Dengan tingkat inflasi yang
stabil, dan tingkat investasi yang juga stabil maka tingkat konsumsi masyarakat
di Indonesiapun meningkat. Itu dikarenakan daya beli masyarakat yang meningkat
setara kesejahteraan masyarakat yang meningkat pula.
Dengan adanya hal tersebut, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa inflasi
benar-benar dapat mempengaruhi tingkat investasi dan tingkat konsumsi
masyarakat di Indonesia bahkan inflasi yang terlalu tinggi dapat membuat negara
tersebut berada di ujung tanduk atau dengan kata lain negara tersebut akan
terancam menjadi negara gagal.
LAPORAN INFLASI (Indeks Harga
Konsumen)
Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan
Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan
Bulan Tahun
|
Tingkat Inflasi
|
Desember 2012
|
4.30 %
|
November 2012
|
4.32 %
|
Oktober 2012
|
4.61 %
|
September 2012
|
4.31 %
|
Agustus 2012
|
4.58 %
|
Juli 2012
|
4.56 %
|
Juni 2012
|
4.53 %
|
Mei 2012
|
4.45 %
|
April 2012
|
4.50 %
|
Maret 2012
|
3.97 %
|
Februari 2012
|
3.56 %
|
Januari 2012
|
3.65 %
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Inflasi sangat berpengaruh pada kegiatan-kegiatan ekonomi , seperti
investasi dan tingkat konsumsi masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi
berarti tingkat harga saham
beberapa perusahaan cenderung turun. Karena
itulah, angka inflasi yang berlebihan akan menjadi sentiment negatif bagi para investor saham. Selain itu
, jika inflasi terlalu tinggi , tingkat konsumsi masyarakat akan berkurang ,
karena harga-harga barang akan melambung tinggi namun upah atau gaji yang
mereka terima dari hasil pekerjaan mereka cenderung tidak berubah.
4.2 Saran
Sebaiknya pemerintah tetap memantau dan
mengawasi faktor faktor yang dapat menyebabkan inflasi yang tinggi dan
sebaiknya pemerintah menjaga tingkat inflasi yang stabil seperti pada tahun
2013, agar investor tetap mau menanamkan modalnya di Indonesia dan perkembangan
ekonomi di Indonesia dapat terus berkembang , masyarakat Indonesia dapat
memenuhi konsumsi barang atau jasa yang mereka perlukan, karena harga-harga
barang atau jasa stabil dan tidak mengalami peningkatan. Dengan begitu
kesejahteraan masyarakat Indonesia akan tercapai dan kemiskinan di Indonesia
dapat berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar Putong, SE MMSI. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro
& Makro, Edisi ke-2. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia
http://daneea.wordpress.com/2010/04/24/cara-mengatasi-terjadinya-inflasi.html
http://thytia.wordpress.com/2011/04/05/masalah-inflasi-indonesia-terhadap-kenaikan-harga bbm//perusahaan-manufaktur-studi-analisis-cv-firmansyah-meubel
sumber : http://revyoktavia.blogspot.com/2014/04/makalah-ekonomi-makro.html
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :
ekonomi
- Artikel Lengkap tentang Valuta Asing
- Deskripsi Bentuk Fisik Tumpukan Uang 1 juta, milliar, triliun U$ dollar
- Makalah tentang Ekonomi Internasional
- Contoh Makalah tentang Korupsi
- Artikel tentang Teori Permainan
- Game Theory (dalam Ekonomi Mikro)
- Artikel tentang Ekonomi Koperasi
- Asas - Asas Koperasi
- Sebelum Memutuskan S2, Informasi Seputar Magister ini Mungkin Bermanfaat?
- Tips Cara Sukses Memulai Bisnis Kuliner
- Penanggulangan Multikolinearitas dengan First Difference Delta
- Memformat angka sebagai persentase
- Teori Nilai Tambah
- MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN TENTANG PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PERTANIAN DAN INDUSTRI
- MAKALAH TENTANG INVESTASI
- Daftar terbaru orang terkaya Indonesia 2014 versi Forbes
- Artikel tentang Pemahaman Inflasi
- Harga dan Spesifikasi Oppo Find 7, Baru dan Bekas Terbaru 2015
- Makalah tentang Ekonomi Internasional
- Makalah Sumber Daya Alam
- Analisis Input-Output dengan Excel
- Makalah Pajak tentang PBB
- Makalah Industri tentang Pasar Oligopoly
- Makalah tentang PERBANKAN
Halo selamat Siang,
BalasHapusPerkenalkan nama saya Lauren, manajer afiliasi untuk InstaForex Group.
Disini saya ingin menawarkan Anda untuk bergabung dalam program afiliasi yang memberikan Anda keuntungan komisi mulai dari 1.5 - 5.3 pip untuk Forex dan mencapai 20 - 26 pip untuk Gold.
Selain keuntungan tersebut kami juga dapat menawarkan fasilitas lainnya untuk memfasilitasi deposit dan penarikan dana untuk klien-klien Anda.
Saya menunggu kabar baik dari Anda segera.
Silakan menghubungi saya melalui detil yang terdapat di bawah.
Kami akan senang untuk membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan Anda.
Terima kasih.
Hormat saya
Laurent
ID Skype: Lauren InstaFX
Facebook: Lawrence Instaforex
Phone/WA: +628119105674
Email : Lauren@mail4.instaforex.com
www.instaforex.com