Selasa, 02 Februari 2016

Artikel tentang Aliran Monetaris

Pendahuluan

Selama kurang lebih tiga dekade setelah perang dunia ke II, ajaran keyness mendominasi alam pikiran perumus kebijaksanaan-kebijaksanaan di negara barat. Dan bahkan juga mengalir kenegara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pada tahun 50an dan 60an kebanyakan ekonom percaya bahwa boom dan depresi merupakan penyakit masa lampau yang tak perlu dikhawatirkan akan muncul lagi, misalnya kalau output rendah dan orang akan banyak yang menganggur, maka keynesian menganjurkan ditingkatkan nya pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek padat karya. Pada tahun 60-an, orang percaya bahwa ada hubungan terbalik antara inflasi dengan tingkat pengangguran, artinya jika tingkat pengangguran tinggi maka tingkat inflasi rendah (sesuai teori phillips). Tetapi terjadi gejala-gejala ekonomi (tahun 70-an) tidak singkron dengan anggapan tersebut. Pada waktu itu harga menunjukan kecenderungan peningkatan yang sangat tinggi didorong oleh meningkatnya harga minyak tahun 73/74. pada saat terjadi peningkatan harga-harga tersebut pengangguran malah mengalami peningkatan.
Dengan demikian teori keynassian yang menyatakan bahwa selama masih banyak pengganguran maka selama itu pula pengeluaran masyarakat (publik spending) dapat ditingkatkan tanpa menimbulkan inflasi, tidak lagi menunjukan kebenaran yang realistis. Nyatanya kegiatan yang diarahkan untuk menurunkan inflasi pada tahun 70-an telah menyebabkan tingginya angka pengangguran, dan usaha untuk menguranginya dengan menambah pengeluaran pemerintah malah semakin memperparah inflasi.
Bahkan waktu itu terjadi dua kali resesi yang sangat tajam pada tahun 74 dan 82, tingkat harga-harga tidak turun, padahal sesuai dengan teori yang dianut saat itu, waktu terjadi resesi dan depresi seharusnya menyebabkan tersendat-sendatnya perekonimian yang di iringi oleh turunnya harga-harga secara umum. Karena yang terjadi dalam kenyataan sudah sering tidak sama dengan yang seharusnya yang terjadi, menurut resep keynes, maka sejak saat itu ajaran-ajaran keynes terpaksa ditinjau kembali. Bahkan didiskreditkan!

A. kritikan terhadap kebijaksanaan intervensi keynesian
Ada beberapa pandangan keynes yang tidak disukai pakar-pakar ekonomi, terutama pandangannya tentang perlunya campur tangan pemerintah dalam mengarahkan dan membimbing perekonomian pada arah yang diinginkan. Kritik paling vokal datang dari pakar-pakar ekonomi neo-klasik konservatif. Mereka dapat dibagi atas dua golongan yaitu: golongan tua dan golongan muda. golongan tua: dapat disebutkan beberapa nama seperti Menger, friedrich august von hayek dan ludwig von mises (semuanya dari austria), wilhelm ropke, lionel robbins (dari inggris). Semuanya mencela kebijaksanaan campur tangan pemerintah keynes sama kerasnya dengan celaan mereka dengan paham sosialisme.
Celaan paling keras datang dari kelompok libertarian. Mereka ini menempatkan kebebasan individu diatas segala-galanya, dan melihat bahwa intervensi pemerintah dalam bentuk apapun merupakan ancaman bagi individu. Ini diwakili oleh pendapat friedrich von hayek yang tertuang dalam bukunya The road to serfdom (1944) ”sekali pemerintah melakukan intervensi pasar ini akan mengarah pada sosialisme, yang akhirnya akan menyebabkan kekurangan kebebasan”. Lebih jauh hayek menyatakan ”orang bisa percaya bahwa ia bisa bebas, tetapi dalam kenyataan kebebasan telah hilang karena pikiran tiap orang telak dicekoki oleh pemerintah, dan apa-apa yang diinginkan oleh mereka harus disesuaikan dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah”.
Dari golongan muda muncul milton friedman dari universiti of chicago. Tetapi berbeda dengan tokoh tua libertarians yang sama sekali tidak menginginkan campur tangan pemerintah, dia melihat peran pemerintah dalam batas tertentu justru diperlukan untuk menciptakan suatu perekonomian dimana pasar bebas dapat berfungsi dengan lebih baik. Walaupun sedikit campur tangan pemerintah diperlukan, tetapi dia tidak suka dengan terlalu banyak kebijaksanaan, karena bisa menimbulkan berbagai kerugian.

B. pokok-pokok aliran monetaris
ketidak berhasilan ajaran keynesian dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, melahirkan suatu aliran baru yang disebut aliran monetaris, yang mengutamakan kebijaksanaan moneter dalam mengatasi kemelut ekonomi waktu itu. Istilah ini pertamakali digunakan oleh karl brunner. Pada prinsipnya aliran monetaris mengajukan proposisi bahwa perkembangan (kejutan) moneter merupakan unsur yang penting dalam perkembangan produksi, kesempatan kerja, dan harga-harga. Bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan unsur yang paling dapat diandalkan dalam perkembangan moneter.
Penekanan pokok pandangan monetaris terletak pada stok uang, sebagaimana dijelaskan friedman dalam tulisannya: a theoritical framework for monetary analysis (1970). Perubahan dalam jumlah uang beredar sangat besar pengaruhnya pada tingkat inflasi dalam jangka panjang dan perilaku GNP riildalam jangka panjang. Dia selalu menekankan bahwa perilaku dalam pertumbuhan jumlah uang beredar akselerasi dan deselerasi sangat mempengaruhi aktivitas ekonomi.
Dari hasil studi historisnya ia menyimpulkan bahwa, secara umun laju pertumbuhan uang yang tinggi akan menyebabkan terjadinya booms dan inflasi, sedang penurunan dalam laju pertumbuhan uang dapat menimbulkan resesi dan bahkan juga deflasi.

C. tokoh-tokoh aliran monetaris
sebetulnya aliran monetaris ini sudah muncul sejak lama, manun baru diperhatikan setelah terjadinya kasus membumbungnya inflasi yang dibarebgi dengan tingginya tingkat pengangguran pada tahun 1970-an. Tokoh utamanya adalah Milton Friedman (1912).
Pandangan-pandangannya dapat diikuti dalam berbagai buku, juranl serta artikel-artikel populer dimajalah atau koran-koran Amerika buku-buku penting yang ditulisnya antaralain: taxing to prevent inflatoin (1943), a theoty of consumption function (1957), dan lain-lain. (silahkan lihat dibuku).
Tetapi bukan berarti ia adalah tokoh satu-satunya. Tokoh lain yang dianggap sealiran atau pendukungnya antara lain: Karl brunner (university of rochester)Allan meltzer dan bennet McCallum (carnegi mellon), thomas mayer (univ of california, Davis), phillip cagan (columbia Univ), david Laidler dan michael parkin (univ of western ontario), dan william poole (brown Univ).

D. perbedaan monetaris dan Keynesian
dalam melihat perekonomian secara agregat, kubu Keynesian percaya bahwa perekonomian cenderung pada posisi keseimbangan tingkat output rendah. Ini terjadi karena pengeluaran agregat cenderung kecil dari penerimaan agregat, dan kurang ampuhnya mekanisme pasar dalam melakukan penyesuaian yang diperlukan, terutama tinggkat harga dan tingkat upah. Hal ini bisa terjadi karena adanya kekuatan serikat buruh dan praktek oligopolistik dari perusahaan.
Dalam hal ini kubu monetaris mengkritik bahwa ada kekuatan pasar yang tidak di ikutkan dari model yang dikembangkan oleh keynesian. Dua dari kekuatan tersebut adalah turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tinggkat harga akan mendorong konsumsi melalui apa yang disebut pigou effect. Bagi kubu monetaris perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, dimana sumberdaya digunakan penuh.
Karena perbedaan cara pandang diatas, maka implikasi kebijaksanaan dari kedua kubu tersebut juga berbeda. Misalnya dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kubu keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yang lebih ekspansif. Sebaliknya kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan yang kontraktif. Campur tangan pemerintah dalam meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disukai friedman.
Antra kedua kubu ini juga berbeda dalam melihat penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi. Karena terjadinya perubahan dalam faktor yang menentukan pendapatan nasional seperti pengeluaran pemerintah, investasi dan konsumsi masyarakat. Sebaliknya menurut kubu monetaris fluktuasi ekonomi terjadi karena terjadinya pelonjakan dalam jumlah uang beredar, disebabkannya adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat ekspansif dari pemerintah.
Dari perbedaan dalam melihat perekonomian secara agregat, maka kedua kubu ini juga sangat berbeda dalam dalam penggunaan kebijaksanaan ekonomi. Misalnya dalam menghadapi inflasi, ada perbedaan yang sangat tajam antara kedua kubu ini, kubu keynesian menganggap inflasi terjadi karena penurunan agregat terlalu besar. Dengan demikian kebijaksanaan yang ditawarkan adalah mengurangi pengeluaran agregat itu sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi pengeluaran pemerintah atau dengan meningkatkan pajak, kebijaksanaan moneter pun juga bisa dilakukan yaitu dengan kebijaksanaan uang ketat. Kubu keynesian tidak melihat konflik antra kebijaksanaan fiskal dan moneter. Keduanya dianggap sebagai komplemen. Dalam praktek keynesian sering menggunakan kebijaksanaan fiskal, dengan alasan kebijaksanaan ini lebih ampuh dalam mengatasi resesi.
Sebaliknya monetaris menganggap inflasi terjadi karena jumlah uang beredar terlalu banyak, maka harga-harga akan naik, cara yang dianjurkan kaum monetaris dalam menghadapi inflasi adalah dengan mengurangi jumlah uang beredar itu sendiri. Monetaris percaya bahwa kebijaksanaan moneter lebih berdampak dari fiskal, ini didasarkan pada kepercayaan bahwa perubahan dalam jumlah uang beredar akan menyebabkan perubahan yang paling besar pula padatingkat suku bunga dan pendapatan nasional.
Perbedaan lain dalam dua kubu ini adalah mengenai jangka waktu analisis, keynesian tidak terlalu memperhatikan analisis jangka panjang, tapi monetaris dampak jangka panjang harus diperhatikan untuk mengetahui kekuatan pasar.

Diskusi;
karena kegagalan kubu keynesian dalam menghadapi gejala-gejala ekonomi (tahun 70-an). Pada waktu itu harga menunjukan kecenderungan peningkatan yang sangat tinggi didorong oleh meningkatnya harga minyak tahun 73/74. pada saat terjadi peningkatan harga-harga tersebut pengangguran malah mengalami peningkatan. teori keynassian yang menyatakan bahwa selama masih banyak pengganguran maka selama itu pula pengeluaran masyarakat (publik spending) dapat ditingkatkan tanpa menimbulkan inflasi, tidak lagi menunjukan kebenaran yang realistis. Nyatanya kegiatan yang diarahkan untuk menurunkan inflasi pada tahun 70-an telah menyebabkan tingginya angka pengangguran, dan usaha untuk menguranginya dengan menambah pengeluaran pemerintah malah semakin memperparah inflasi. maka sejak saat itu ajaran-ajaran keynesian terpaksa ditinjau kembali. Bahkan didiskreditkan!
ketidak berhasilan ajaran keynesian dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, melahirkan suatu aliran baru yang disebut aliran monetaris, yang mengutamakan kebijaksanaan moneter dalam mengatasi kemelut ekonomi waktu itu. Istilah ini pertamakali digunakan oleh karl brunner. Pada prinsipnya aliran monetaris mengajukan proposisi bahwa perkembangan (kejutan) moneter merupakan unsur yang penting dalam perkembangan produksi, kesempatan kerja, dan harga-harga. Bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan unsur yang paling dapat diandalkan dalam perkembangan moneter.
secara keseluruhan harus diakui bahwa pengaruh pandangan friedman dalam perekonomian sangat besar, hal ini dapat dilihat dari diadopsinya kebijaksanaan moneter baru oleh pemerintah amerika serikat (1979). Pengaruh friedman juga dirasakan diindonesia dilihat dari kebijaksanaan deregulasi dan debirokrasi, yang pada intinya mengurangi cengkraman pemerintah yang kelewat besar dalam perekonomian indonesia. Begitu juga dakam menghadapi inflasi tahun 93 dan 94.

Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar